Sabtu, 27 Juni 2020

bingung

aku gak ngerti kenapa sesakit ini?
apa dulu-dulu juga begini ya?
kok dulu aku bisa ngelewatinnya?
aku kuat juga ya
berarti sekarang aku juga bisa dong harusnya?

jangan nyerah ya, jangan nyerah dulu🤗

hari ini obatnya abis, baru bisa balik konsul lagi besok senin
mood mulai drop
dada rasanya mulai berisi lagi
kayak lagi berjuang buat tetep mengambang di tengah lautan
jangan tenggelam dulu ya cantik
tunggu dua hari lagi
kamu mampu
aku sayang kamu

Jumat, 19 Juni 2020

sesak

rasanya sesak lagi, aku udah keabisan cara gimana agar sesak ini hilang. biar aku bisa tidur tenang.
bagaimana bisa aku jadi satu-satunya yang merasa sakit?

yang aku syukuri hari ini

1. Mama
2. Fira
3. Yangti
4. Todo, Faiz
5. Shofi, Jovi, Ninin, Bunga, Rijak, Asti, Tegal
6. Yolan, Shyela, Niken, Abel, Cicik
7. Eby, Mia, Addina, Fay, Pani, Ainun, Cipus, Aya
8. Monyong, Paska, Arva, Dila
9. Kak Fany, Adit, Ardha, Agil, Mirandi, Bangun, Luky, Ijal, Are, Ghea, Hima
10. Koleksi sticker aku
11. Koleksi komik aku
12. Koleksi novel aku
13. Koleksi baju aku
14. Koleksi tas aku
15. Koleksi sepatu aku
16. Menulis
17. Menyayangi orang dengan setulus hati
18. Berbagi
19. Ngobrol
20. Masih dikasih kesehatan
21. Kamar yang nyaman
22. Bisa nyanyi lagu kesukaan
23. Bisa lihat matahari terbit sama tenggelam
24. Denger kicauan burung di jendela kamar

akhir

aku gak tau aku ngerasa apa sekarang
kalo kemaren aku merasa kepala dan dadaku penuh
sekarang aku merasa semuanya kosong

aku gak sabar menunggu hari dimana aku diberi kelegaan dan ketidakpedulian lagi

hang on there ves, kamu bisa lewatin hari ini

Kamis, 18 Juni 2020

Day-1

aku mulai bisa dengerin musik lagi
aku udah mulai sing along sama lagu yg lagi diputar
lirik-liriknya sudah tidak lagi membuat hatiku sakit
semoga semakin membaik ke depannya :)

berceceran dimana-mana

aku udah balik ke Semarang
aku ingin melupakan dan memulai lembar yang baru
sekarang aku udah berbaring di kasurku di dalam kamarku
tapi rasanya seperti terhimpit
aku lupa
setiap sisi kamarku di sini punya cerita bersama dia
aku gak menyangka
perasaan ini gak jauh lebih baik dari sebelumnya

Minggu, 14 Juni 2020

The Hardest Part

When you're dreaming with a broken heart,
The waking up is the hardest part.


sekarang setiap kali bangun rasanya berat
dada masih kerasa sesak
nafas juga rasanya susahhh banget
baru kali ini aku ngitungin kapan aku harus tarik nafas
terus pelan pelan menghembuskannya

semalem jantung sempet kerasa sakit
detakannya kerasa ke seluruh tubuh
aku takut
aku gak pernah begini dan gak tau harus apa
aku gak ngerti aku lagi kenapa
semuanya bercampur di dalam kepala dan sulit buat aku menjabarkannya

When you're dreaming with a broken heart,
The giving up is the hardest part.


setiap kali kebangun aku sadar dadaku mulai sesak lagi
setiap kali bangun sekarang aku memaksakan diri untuk tidur lagi
tidur sudah tidak lagi menyenangkan
tapi bagiku itu satu-satunya pelarian
saat tidur aku merasa tenang
nafasku jadi teratur, detak jantungku ikut tenang
sedih ya aku sudah terganti, tapi aku sendiri masih belum bisa membuka hati
mencari teman baru hanya membuat hatiku makin sakit, di dasar hatiku masih belum mau mengganti dia
masih belum rela dirinya digantikan
aku gak tau gimana caranya akan bisa melewati hari-hari ke depannya
aku harus apa?

Sabtu, 13 Juni 2020

hati aku sakit, membayangkan malam-malam dimana aku menunggu balasan dan telpon ternyata di saat yang sama kamu sedang asik bermain dan berchatting ria dengan yang lain.
hati aku sakit.
hati aku sesak.
tapi hati aku juga kosong.
dada aku sakit, ternyata sakit hati bisa sampai menyerang fisik.
rasanya gak enak gak nyaman.
tapi aku gak tau gimana cara mengusir rasa sakitnya.
ingin aku keluarkan semua selega-leganya lewat tangis.
tapi yang keluar hanya helaan-helaan napas pendek.
aku bahkan gak bisa nangis, aku harus gimana?

aku merasa gak berharga.
aku merasa gak berguna.
aku merasa hancur karena sakit.
terimakasih udah memberikan rasa yang sebegininya.
bahagia selalu untukmu tetap doaku.

Kamis, 11 Juni 2020

lebih baik

introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi  introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi introspeksi

racun

aku terhenti dan melihat kembali percakapan-percakapan saat kita sedang bertengkar dahulu
rasanya egois jika aku hanya menyalahkan kamu saja
kata-kataku pun tanpa kusadari banyak yang menyakiti kamu
dan untuk itu aku minta maaf dengan tulus
aku terlalu terbiasa bermain pasif agresif karena aku bodoh dalam hal menyampaikan perasaanku
mungkin juga sedikit frustasi karena apa yang aku sampaikan tidak pernah benar-benar kamu mengerti

pada akhirnya semua hubungan menjadi toxic pada waktunya
pada akhirnya kita hanya saling menyakiti satu sama lain dengan atau tanpa sengaja

runtuh

ternyata aku gak sekuat yang aku bayangin
aku kalah
jaga diri baik-baik ya🤗

...

been crying all night and my chest is hurt
feels like it ready to explode
never thought a heartbreak would be this bad

Selasa, 09 Juni 2020

desperately screaming yet still unheard

aku gak butuh validasi dari orang-orang

yang aku butuh cuman validasi dari kamu seorang

aku gak peduli kalau postinganku gak dapet like atau komen dari siapa-siapa

yang aku tunggu sebenernya cuman tanggapan dari kamu aja


karena aku segitu bahagianya menyambut hari ulang tahunmu

karena aku segitu semangatnya ngerekam, ngedit, dan upload video buat kamu

tapi ternyata kamu enggak begitu


aku pikir aku yg lebay nanggepinnya

tapi ternyata kata makasih yg kamu bilang udah kamu sampaikan di chat itu

segimanapun aku berusaha keras scroll dari atas sampe bawah terus ke atas lagi

memang gak pernah ada


ternyata yang sepele buat kamu

justru sangat berarti untuk aku

kamu, berarti buat aku

tapi yg aku sedih

kamu gak merasakan hal yang sama seperti aku

mungkin selama ini memang aku jatuh cinta sendiri

surat

halo mas jodi, apa kabar? bersama surat ini aku kirimkan kado untuk kamu, sekotak brownies, hoodie kesayanganmu yang udah buluk, sebotol parfum yang sempat aku beli 3 bulan lalu buat kamu karena aku suka harumnya, serta sekotak kartu yang rencananya ingin aku mainkan bersamamu ketika kita bertemu nanti. sayangnya pertemuan itu sepertinya tidak akan ada lagi. mungkin satu atau dua tahun ke depan karena ketidaksengajaan, tapi yang jelas tidak dalam waktu dekat. bukan, bukan karena aku benci kamu lalu aku menjauh. di akhir surat nanti kamu akan tau alasannya.


aku sempet menghindar sebentar dari media sosial, kupikir kata kamu mungkin ada benernya juga. mungkin media sosial pelan pelan jadi toxic buat aku. mungkin prinsipku untuk gak ngeliat orang dari media sosialnya tanpa aku sadarin mulai luntur.

tapi setelah aku istirahat sebentar, bahkan setelah aku archive seluruh foto kamu di ig aku, aku menyadari kalo aku terlalu sayang sama foto dan video, apalagi yang ada kamu di dalamnya. saat seperti sekarang ini membuat aku bersyukur kalo aku cukup rajin menyimpan jepretan moment-moment kita berdua. hanya untuk dikenang tentunya. karena tidak ada hal lain yang bisa aku lakuin sekarang selain mengenang masa-masa itu.


at that time for me it was not the “like and comment” from you that i was most disappointed about, bukan karena aku mau diliat orang bahwa kita “couple goals” di media sosial. bukan. tapi kenyataan bahwa kamu gak se-excited itu terhadap apa yang aku buat untuk ulang tahun kamu, kenyataan bahwa kamu gak sama bersemangatnya ngerayain hari ulang taun kamu bareng aku seperti yang aku bayangkan. bahwa kamu merasa cukup hanya dengan mengucapkan terimakasih (yang bahkan setelah aku cari dichat kita pun ternyata gak ada, kamu gak pernah ngucapin walopun “sekedar” makasih seperti yang kamu bilang). aku bahkan gak tau aku berharap apa. it was my fault. it was my expectation’s fault.


waktu itu kamu sempet bilang aku keliatan baik-baik aja tanpa kamu. sebenernya enggak.

enggak baik-baik aja waktu itu. engga baik-baik juga saat ini.

kamu berarti buat aku. kalo kamu pernah kepikiran aku mikir sebaliknya, sayangnya kamu salah. gak gampang juga ngelewatin hari-hari aku tanpa kamu. sedihnya, aku gak terlalu ngerasa kehilangan rutinitas bangun pagi nyariin hape untuk liat chat kamu, karena emang rutinitas itu beberapa minggu terakhir udah gak ada. justru yang berat waktu sore-sore jadwalnya kamu bangun tidur terus ngabarin aku, tapi aku sadar chat dari kamu gak akan masuk lagi di hape aku.


sehari setelah kita putus, aku bangun tidur dengan dada yang rasanya kosong. kayak ada angka nol besar di tengahnya. gak lama kemudian aku nangis sambil megang dada karena tiba-tiba sesak. setelah tangisnya reda aku mulai tenangin diri dan merenung seharian, nyoba mengurai perasaanku satu-satu. kenapa ya aku nangis padahal aku gak sedih? perasaanku sebenernya gimana ya. trus tiba-tiba terpikir, mungkin yang aku rasain kemarin bukan kecewa karena nggak dihargain (nggak dihargain di sini yang aku maksud like dan comment ig seperti yang sudah aku bilang kemarin), tapi merasa frustasi karena usahaku untuk dapet perhatian kamu lagi-lagi gagal? dan kenapa kemaren pagi nangis kejer mungkin karena perasaan frustasi buat dapet perhatian kamu dan rasa frustasi karena masih berharap kamu bisa nangkep yg aku maksud malem itu masih ada. bukan like dan comment ig agar dilihat orang lain sebenernya yang aku harepin. dan bukan cemburu sama temen cewek kamu, tapi iri karena lagi-lagi selalu orang lain yang dapet waktu lebih dari kamu. hahaha aneh ya aku.


intermezzo, aku kemaren sempet kangen banget sama kamu terus aku googling nama kamu, eh yang keluar ask.fm nya fake angbeen. terus aku baca-bacain aja sambil ngakak inget cerita kamu.


ada satu permainan di website yang dulu mau banget aku mainin bareng kamu, permainan buat nyari tau love language pasangan. aku berharap dengan main permainan ini aku jadi lebih ngertiin love language kamu, kamu pun begitu. aku berharap aku bisa belajar buat makin paham bahwa bentuk love language setiap orang itu beda-beda. bahwa pasanganku gak harus punya love language yang sama kayak aku. bahwa dengan memberikan perlakuan yang tidak aku harapkan bukan berarti pasanganku gak sayang sama aku. tapi ternyata kita belom sempet mainin itu, aku belom sempet tau love language kamu, maafin ya kalo aku belom bisa memahami kamu. maafin ya kalo aku susah buat bilang ke kamu apa yang aku mau. maafin juga kalo akhirnya keterbatasan aku itu yang akhirnya nyakitin kamu.


sebenernya tulisan ini mau aku tulis bersamaan dengan kartu ucapan selamat ulang tahunmu, tapi karena aku sudah mengikhlaskan kamu menikmati waktu-waktu yang tanpa aku dan juga janji untuk gak lagi mengganggu, jadi aku simpan tulisan ini di sini... banyak video liburan kita yang masih antri untuk aku post di igtv, but i won’t post anything related to you again because you hate it that much. aku berharap kamu bisa bahagiaaaaa banget sama keluarga, kerjaan dan teman-teman kamu. jangan sedih-sedih lagi ya mas jodi. aku sedih kalo liat status kamu yg galau meskipun itu bukan buat aku. udah gak ada aku yg gak jelas dan nyebelin lagi buat kamu, jadi kamu harus lebih bahagia sekarang.


aku pernah bilang ini waktu kita awal jadian dan akan selalu bilang gini ke kamu: you are a good man and i’m once very lucky to have you :)

selamat ulang taun dan bahagia selalu ya, janji!


aku harap muat di kaki kamu dan kamu suka. maaf aku cuman bisa kasih ini. hehe ternyata aku belom siap nerima chat dari kamu lagi, aku masih berharap. tapi aku sepenuhnya menghargai prinsip kamu yg gak akan mau balikan. yang bahagia ya kamu, harus lebih-lebih-lebih bahagia daripada waktu sama aku. semoga bisa berhubungan baik, tanpa ada rasa marah ke aku di masa depan. sekali lagi selamat ulang tahun mas jodiku :)



when we broke up i thought i would stop my self caring for you as i was frustrated to getting your attention when we were still together. but turned out i couldn’t. i still care, i do really really care. and the image of you don’t care of me even the slightest is hurting. even after we broke up.