Senin, 14 Maret 2011

missing

Sekarang kita sudah jauh ya padahal dulu kamu yang paling mengerti aku setelah diriku sendiri. Rasanya sepi tanpa kamu, asal kamu tahu dan kalau mau tahu. Aku sudah punya laki-laki ini, dia tinggi sekali, aku hanya sepundaknya. Dia hitam, tidak seperti kamu yg putih sampai kadang membuat aku minder. Dia manis, senyumnya manis sekali, dan kamu pasti masih sama cantik seperti yg kuingat terakhir kali. Aku ingin berusaha berhenti membandingkan kamu dan dia tapi nyatanya susah sekali. Kenapa ya?

Bagaimana kalau malam ini aku bicara saja semua tentang kita. Dari dulu, sampai sekarang. Karna mungkin besok tidak lagi.

Semua orang masih bilang kita pasangan paling serasi, aku juga masih suka mengingat bayangan kita berdua berdiri di depan jendela hitam teras rumahku. Kamu yang hanya lebih tinggi 2cm dari aku, aku suka badanmu dan bahumu dan tanganmu yg seakan diciptakan pas untuk memeluk tubuhku. Aku suka harum segar yg menguar dari lehermu saat kucium tiap kali pulang dari rumahku. Lebih tepatnya kuendus-endus dan kusesap dalam-dalam, harum yg kusimpan untuk persiapan kalau-kalau aku kangen nanti.

Aku suka setiap hal kecil yang kamu perjuangkan untuk aku. Ah aku suka saat dulu sekali kita mulai dekat, kamu selalu tersenyum tiap berpapasan denganku, atau memanggil kecil-kecil namaku. Aku suka bisa memeluk kamu erat-erat dan berbisik 'jangan pergi ya, janji' lalu kamu mengangguk kecil dan aku menangis sambil terbahak. Aku suka kejutan kecil yg masih membekas di memoriku, like when you kiss me on my forehead.

Aku benci tiap kali jam menunjukkan pukul 22.00 dan kamu harus pulang dari rumahku, pergi ke tempat teman-temanmu. Benci sekali. Padahal aku cuman punya waktu malam minggu ini saja, tapi tetap masih harus berbagi dengan mereka. Aku benci kamu yang bahagia sekali saat bersama teman-temanmu, membuat aku merasa tidak mampu membahagiakanmu lebih dari itu. Aku benci dinomorduakan, aku benci dibohongi, aku benci ditinggalkan.

Aku suka waktu kamu marah sama aku, kamu bilang 'aku gak suka gak kamu anggep, aku gak suka kamu becandain kamu bilang aku cuman temenmu didepan temen-temenku yg nanya ke kamu, aku gak suka mereka ngeliat aku cuman sebagai temenmu' aku cuman bisa minta maaf sambil nahan senyum. Aku suka waktu kamu jagain aku di pensi itu yang isinya anak-anak cowok nakal, dan aku bisa dengan bangganya ngelewatin mereka semua tanpa rasa takut. Kamu gandeng tangan aku biar gak jauh-jauh dari kamu, kamu jagain aku sama temen-temen aku. Kamu gak tinggalin aku sedikitpun, kecuali karna aku sendiri yg minta. Kalo sekarang aku minta hal yg sama apa tanggepanmu masih sama?

Aku suka setiap kamu minta maaf karna udah boongin aku. Bisa bikin kamu ngerasa tenang buat ngomong jujur tentang semua hal yg terjadi. Aku suka banget nunggu kamu buat nyamperin aku walaupun gak sekalipun kamu pernah nyamperin aku di sekolah kalo gak aku minta. Ngeliat iri pasangan lain yang romantis, tapi aku sangat bahagia bisa bareng kamu, ngejalin hubungan yang konyol dan menyenangkan.

Masih banyak yang aku suka yang gak mungkin aku tulis, aku kangen itu semua. Tapi aku milih diem, gak bacot di twitter lagi, dan aku milih buat nangis sendirian. You know entah kenapa aku masih percaya suatu hari kamu akan balik ke aku. Bodoh sih, tapi ya seperti inilah perasaan aku ke kamu. Lebih susah dari pada sama mantan-mantan aku dulu. Mungkin karna kamu satu-satunya yg satu sekolah sama aku dan sepantaran sama aku. Aku gak mau berharap macem-macem karna aku sadar aku labil banget. Jadi aku milih buat pergi, sekaligus menunggu.

Do you hear me? I'm talking to you. Lucky, i'm in love with my bestfriend :')


*p.s. : aku tau kamu selalu nunjukin kamu bisa dapetin yang lebih baik dari aku, makasih ya. Asal kamu tau sebenernya aku jauh lebih bisa, tapi aku gak sanggup. Oh ya laki-laki yg aku tulis di atas, dia bukan tokoh nyata, hanya untuk mempermanis pembukaan saja hihi

Tidak ada komentar: